Pandangan humanistik tentang manusia intinya menolak pandangan Freud yang menyatakan manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki kontrol terhadap nasib dirinya sendiri. Sebaliknya Rogers, yang menokohi pandangan humanistik berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang lebih positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan untuk berbagai hal dapat menentukan nasibnya sendiri.
Konsepsi aliran humanis menjelaskan bahwa peserta anak didik merupakan perlaku yang aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Rogers telah melakukan percobaan belajar yang non-direktif dengan menggunakan prinsip self-determination dan self- directions dengan pendekatan learned centered. Menurut Rogers, pembelajaran memberikan kebebasan yang luas kepada peserta didik dalam menentukan apa yang ingin dipelajari.
Berkaitan dengan motivasi, paa ahli mendefinisikan dengan cara yang berbeda namun intinya menuj kepada maksud yang sama, motivasi merupakan :
a. Suatu kekuatan atau daya atau energi
b. Suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Motivasi tersebut timbul dan tumbuh berkembang berasal dari dalam individu ( intrinsik) dan dari ingkungan ( Ekstrinsik). Dipandang dari segi motif, setiap gerak perilaku manusia mengandung tiga aspek yang sekuensial:
1.Motivating States
Timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu
2. Motivated Behavior
Bergeraknya organisme ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat dan kebutuhan yang harus dipenuhi, setiap perilaku bersifat sadar atau tidak sadar
3. Satisfied Conditions
Berhasilnya tujuan yang dicapai maka keseimbangan dalam diri organisme pulih, homeostatis( penghayatan akan rasa puas dan lega)
Tingkah laku bermotivasi itu sendiri dirumuskan sebagai “tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan” (Dirgagunarsa dalam Sobur, 2003: 270-281). Dalam perumusan tersebut, terdapat beberapa unsur pada tingkah laku yang membentuk lingkaran motivasi (motivational cycle) seperti digambarkan berikut: